masih kau pikir kami kelak akan gelak ?
kini duduk di kursi usai menebar janji di pematang kami
lalu laut melumat ujung sajadah
meluputkan tagihan orang asing
meski munir akhirnya martir
seribu janji tak henti kau tebar
sembari kau gerus kaki kami dengan tangantangan besimu
pincang kami mengais sisasisa senja, sampah musim kemarau
kemudian berdiri, kau mengibar sesobek bendera
karna tanah kami luluhlantak
melupakanmu pada janji kemarin
tapi mengingatmu untuk kembali menabur janji
sepertinya fajar akan menumbuhkan padi
sedang kau bermain beras bersama orang asing
hama justru menyerbu gubukgubuk
menuai hajat anakanak
wereng kehilangan mangsa karena padi berbuah beton
janjijanji dan amuk kemarau jadi makanan pokok kami
masih kau pikir kami kelak akan gelak ?
lalu kau berjalan sembari bergurau tentang musim poligami
membelakangi musim rodaroda rontok
dan nagaair membelit leher
menggigit kepala kami
manalah kau mampu lihat serta rasa sekarat kami
karna kau selalu tengadah
menghitung mendung berisi untung
berharap hujan menyirami pematang agar benihbenih janji tumbuh
bisa panen besarbesaran sehabis musim airmata
pematang kami mana bisa menumbuhkan benihbenih janjimu
karna kau telah menujahnujah tunasnya
dan membiarkan akarakar beringin menikam pematang
menyemburlah bertrilyun liter darah kotor
seperti laut
melumat, menelan, menenggelamkan bumi
maka janjijanji sunyimu menuju basi oleh cendawan candamu
karena rombongan ombak memboyongnya
mengarak gegap soraksorai bagai pawai dirgahayu
di bawah legam geram alam
dan kau terus menyanyi lagu pelangi alangkah indah
sedang telingamu telah tuli pada paduan elegi kami menimang malam
masih kau pikir kami kelak akan gelak ?
*******
gang jablay, pertengahan mei 2007
No comments:
Post a Comment